Perubahan iklim pada saat ini
merupakan fenomena alam yang terjadi secara berubah-ubah dan perlu diwaspadai.
Karena dampaknya sangat berpengaruh bagi kehidupan yang ada dimuka bumi. Oleh
karena itu, dilakukan upaya sosialisasi perubahan iklim kepada 50 penyuluh se Pulau Lombok akan perubahan dalam menjaga dan melestarikan
yang disebabkan oleh perubahan iklim saat ini di Aula Balai Penyuluhan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian dan Perkebunan Prov. NTB beberapa
hari lalu. (13/07/2017).
Dalam
pertemuan sosialisasi yang di buka langsung oleh Kepala Biro Ekonomi Setda
Prov. NTB “Dr. Ir. H. Manggaukang, MM” menjelaskan bahhwa perubahan iklim yang
terjadi sangat signifikan dalam waktu tertentu ini. Dapat dilihat pada beberapa
daerah ada daerah banjir,
kekeringan/kemarau. Dan saat ini di daerah NTB sebagaian besar paginya dingin
dan siang panas dengan perubahan iklim yang berubah-ubah. Menyebabkan
keganggunan ekosistem kehidupan bukan hanya manusia tetapi juga tumbuhan dan
hewan khususnya berupa pertanian masyarakat dilapangan akan pola tanam yang
baik dan cocok.
Perubahan
iklim yang tidak menentu menyebabkan perubahan suhu yang dratis, curah hujan,
pola angin, awan kelembaban udara dan sebagainya menrupakn factor dalam
perubahan iklim dan cuaca.
Dijelaskan
juga bahwa bukan hanya fenomena alam tetapi juga akan tingkah laku manusia
seperti penebangan hutan secara liar, pemanasan global/efek rumah kaca
(pembakaran CO2) dalam perusahaan/industry dan lain-lain ungkapnya.
Penyuluh
sebagai garda terdepan dalam memberikan penyuluhan berupa informasi dan
teknologi kepada petani khususnya akan perubahan ilkim berpengaruh pada pola
tanam pertanian dalam mengubah perilaku sikap dan ktrampilan petani dilapangan
Selain
itu, dijelaskan oleh Kepala BMKG Staklim Kelas I Lombok Barat “Ir. Wakodim”,
dampak akan perubahan iklim yang disebaakan oleh terjadinya el nino dan el nina
dapat mengancam kehidupan manusia seperti rusaknya infrastrukur sarana
prasarana pertanian, menyebabkan wadah penyakit dan hama baik manusia/pertanian
arti luas, bencana alam kekeringan/banjir sampai dengan akan memberikan
pengaruh pada harga pangan semakin meningkat/mahal.
Misalkan
perubahan iklim, dibidnag pertanian dan peternakan penggunaan pupuk penyubur nitrogen ke dalam tanah. Dimana beberapa dari
nitrogen tersebut berubah menjadi Nitro Oksida (N2O) - gas rumah kaca yang
sangat kuat. Dipertenakan sapi menciptakan gas methan saat rumput mengalami
peragian di perut mereka dan masih banyak lainnya seperti pengeluaran gas dari
kendahraan/alat trasportasi, perusahaan/industry, penggunaan lemari es/ acc dan
sebagainya menyebabkan terjadinya pemanasan gobal.
Sedangkan menurut Kepala Bidang
Hortikultura Dinas Pertanian dan Perkebunan Prov. NTB “Ir. Hj. Uliyati Ali,
M.Si” kaitannya dengan perubahan iklim bagi penyuluh sangat baik dan bermanfaat
akan peningkatan produktivitas dalam pencapaian target produksi padi, jagung,
kedelai, kacang tanah/hijau, bawang merah, cabe, tebu dan ternak. Karena untuk
saat ini target produksi dalam program upsus pajale untuk NTB meningkat.
Sehingga peran serta penyuluh dalam mendampingi program kegiatan sangat
dibutuhkan mendukung program swasembada pangan nasional.
Ditambahkan uga bahwa Prov. NTB
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu provinsi lumbung
pangan nasional. Dengan potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas,
baik berupa lahan sawah dan bukan sawah yaitu seluas 256.229 hektar ungkapnya.
Luas baku lahan sawah di Provinsi
Nusa Tenggara Barat seluas 256.229 ha, diasumsikan luas pemanfaatannya adalah
tiga kali luas lahan sawah baku yaitu sekitar 777.687 ha, yang dimanfaatkan untuk penanaman padi dan palawija,
sehingga lahan sawah memiliki pemanfaatan yang sudah maksimum. Fakta tersebut
memberikan makna bahwa peluang penambahan areal jagung pada lahan sawah sudah tidak memungkinkan lagi dan
sebagai alternatifnya adalah melalui peningkatan pemanfaatan lahan bukan sawah.
Untuk rencana pengembangan jagung tahun
2017 seluas 400.000 hektar di NTB, akan dikembangkan di lahan sawah seluas
215.553 hektar dan lahan bukan sawah seluas 185.000 hektar yang difokuskan di
Pulau Sumbawa karena memiliki potensi lahan bukan sawah yang cukup luas
bila dibandingkan dengan Pulau Lombok yang terdistribusi di 5 kabupaten/kota di
Pulau Sumbawa yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten
Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar