Kamis, 27 Juli 2017

Kegiatan Sekolah Lapang Dalam Peningkatkan Pengetahuan, Ketrampilan, Kemampuan dan Kemandirian Petani Secara Berkelanjutan

Rembuk Tani di Koptan Beriuk Maju Mandalika Kec. Sanubaya pada Sekolah Lapang
Salah satu metode proses belajar mengajar yang efektif bagi petani dengan difat tidak formal tetapi nyata dengan metode sekolah lapangan. Sekolah lapang, sebagai proses pembelajaran non formal bagi petani dalam meningkat pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usaha, identifi kasi dan mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahatani lebih efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.
Kegiatan sekolah lapang yang diawali dengan kegiatan rembug tani kelompok antara petani, pengurus, penyuluh baik kelurahan/desa, kecamatan dan kabupaten/kota dan provinsi membahas identifikasi dan pemecahan asalah dalam pelaksanaan program kegiatan. Hal tersebut dilakukan oleh para petani di Kelompok Tani Beriuk Maju Kelurahan Mandalika Kecamatan Sanubaya Prov. NTB (24072017).
Identifikai tersebut didasarkan oleh program peningkatan produktivitas komoditi pangan stragetis nasional  dalam rangka mendukung upsus yaitu padi. Karena diketahui sebelumnya selain padi, ada komoditi lain seperti jagung, kedelai, bawang merah, cabe, tebu dan daging/ternak.
Dijelaskan oleh koordinator  penyuluh kota mataram, Totok, SP,. Bahwa identifikasi potensi wilayah dalam sekolah lapang sangat diperlukan dalam mencapai tujuan. Karena kegiatan sekolah lapang diharapan untuk menyeiapkan petani-petani yang tangguh yang mampu menghadapi dinamika dan tantangan sesuai dengan zaman termasuk dengan generasi petani akan minat para pemuda-pemudi mencintai pertanian.
Sedangkan ketua kelompok tani beriuk maju Sahdan menyampaikan hasil rembuk tani bersama peserta dengan 30 orang anggotanya, akan melakukan sekolah lapang dengan luas lahan 1 Ha komoditi padi menggunakan teknologi jajar legowo super. Karena diketahui bhawa kebiasaan petani sebelumnya menggunakan jajar legowo hanya menbuat lorong tanpa disisipkan, sehingga perlu diperjelaskan kembali akan fungsi lorong di jajar legowo dimaksud.
Dengan menggunakan jarwo, maka pengetahuan materi dalam penggunaan pupuk sangat diperlukan seperti materi bagan warna daun (BWD), pengendalian hama penyakit baik secara kimiawi dan organic/alami serta sistem pasca panen ungkapnya.Dengan terjadinya perubahan kelembagaan penyuluhan, melalui Badan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian dan perkebunan (BPPSDMPP) Prov. NTB dalam mencapai target swamsembada berkelanjutan untuk meningkatkan efetivitas efisien penyuluhan maka peran penyuluh dalan memotivasikan petani sebagai pelaku utama menerapkan inovasi teknologi secara maksimal melalui sekolah lapang ungkap Syamsul Riyadi, S.TP sebagai penyuluh pertanian provinsi.
      Ditambahkan juga pada pertemuan rembuk tani tersebut, kegiatan sekolah lapang yang ada di 10 Kabupaten/Kota se NTB sebanyak 36 lokasi, yaitu masing-masing 9 lokasi komoditi padi, 7 komoditi jagung, 8 komoditi kedelai, 3 komoditi bawang merah, 4 komoditi cabe, 1 komoditi tebu dan 4 daging/ternak. Kegiatan SL dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, kesadaran dan kemandirian petani/kelompok tani dalam mengembangkan usahatani dan sumberdaya alam/lahan secara berkelanjutan tegasnya.
      Dijelaskan Syamsul Riyadi, S.TP penyuluh provinsi wilayah binaan, rembuk tani ini merupakan salah satu kegiatan sekolah lapang. Untuk kota mataram sendiri mendapatkan 1 lokasi dengan komoditi padi yang dipusatkan di kecamatan sanubaya. Diharapkan outcome yang didapatkan dalam kegiatan ini mampu meningkatkan produksi da produktivitas hasil, meningkatkan kelas kemampuan kelompoktani serta yang tak kalah pentingnya yaitu meningkatkan minat generasi muda yang bergerak di bidang pertanian akan keterlibatan pada kegiatan sekolah lapang

Selasa, 18 Juli 2017

Gelar Teknologi Perbenihan Cabe ‘Prima Agrihort’ di Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah



Komoditi cabe merupakan salah satu dari tujuh komoditas nasional (padi,jagung, kedelai, bawang merah, cabe, tebu, ternak) yang terus  ditingkatkan produtivitas dan produksinya dan dikembangkan di seluruh Nusantara termasuk di Prov.NTB. Untuk mendukung peningkatan produksi komoditi cabai, maka Badan Litbang Pertanian melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan NTB menggelar teknologi pertanian melalui demplot penangkaran benih cabai rawit jenis varietas Prima Agrihort di Dusun Karang Sideman, Desa Tanak Beak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah.
Pada panen perdana gelar teknologi perbenihan cabai varietas unggul prima agrihort (13/7/2017) bersama Kepala Balitsa Balitbangtan,Kementan RI,  Dinas Pertanian dan Perkebuanan Prov. NTB, Dinas Pertanian Kab. Lombok Tengah, Penyuluh, kelompok tani serta sejumlah pihak terkait lainnya. Setelah dilakukan panen bersama kemudian dilakukan temu lapang di kelompok tani karya harum menghasillkan panen yang luar biasa dan sukses pada lahan seluas 0,05 hektar.
Dalam kesempatan tersebut Kepala BPTP Balitbangtan NTB “Dr. Ir. M. Saleh Mokhtar, MP bahwa komodoti cabe dengan jenis varietas prima agrihort memberikan hasil produksi meningkat yang disertai dengan perkembangan ilmu teknologi yang dianjurkan/disesuaikan. Karena varietas ini merupakan tahan terhadap serangan hama penyakit yang sesuai dengan iklim/cuaca saat ini yang dapat dipilih oleh petani.
BPTP Balitbangtan NTB sesuai dengan tupoksi dalam melakukan penyebaran informasi teknologi yang dilakukan oleh petugas sebelumnya berupa penelitian dan pengkajian serta dilakukan penyebaran informasi dibantu oleh penyuluh baik di BPTP dan Dinas Pertanian di berbagai sector pertanian, perikanan, hortikultura dan peternakan tegasnya.
Diungkapkan juga bahwa komoditi cabe selain tahan terhadap hama penyakit juga terlihat buah yang rimbun meski diguyur hujan. 

Gelar teknologi sebagai salah satu kegiatan diseminasi dan sosialisasi berupa pengalaman, peragaan dan demonstrasi teknologi hasil penelitan di lapangan dihadapan di masyarakat pengguna atau petani dengan harapan mampu mempercepat transfer informasi dan teknologi pertanian dan peternakan kepada pengguna teknologi secara langsung dan maksimal di masyarakat. 
Sedangkan Kepala Balistsa Balitbangtan Kementan RI Dr. Catur Hermanto, M.Sc mengungkapkan bangga dan bersemangat dengan hasil yang didapatkan akan demplot penanam pembenihan cabe benih unggul varietas prima agrihort di wilayah Batukliang Utara Kab. Lombok Tengah.
Dapat dilihat langsung oleh petani bahwa cabe varietas prima agrihort memiliki kelebihan yang tahan terdapat serangan hama penyakit, menyebabkan tingkat prouktivitas yan dihasilkan tinggi. Dengan hasil buah cabe lebih segar dan rasa cukup pedas hamper sama denga cabe rawit lokal pada umumnya.
Sementara itu, ketua kelompoktani karya harum Nur Ifansyah didesa karang sidemen kecamatan batukliang utara mengaku dan tidak menduga hasil yang didapatkan akan tanaman cabe verietas prima agrihort sebanyak rimbun buahnya.
Dan ungkapkan lagi, tanaman ini tahan terhadap serangan hama penyakit meski berbuah pada musim hujan yang cukup intensitasnya tinggi. Sehingga dengan hasil secara langsung tersebut petani dan penyuluh sebagai pendamping dalam memberikan penyuluhan dalam informasi teknologi seperti dempot dapat dirasakan secara kongkif. Petani sebagai audies yang akan disuluhkan dapat merasakan respon sikap, minat akan daya tarik serta motivasi teknologi yang baik dalam merubah perilaku/keterampilan kebiasaan akan informasi teknologi saat ini

Senin, 17 Juli 2017

Sosialisasi Perubahan Iklim Bagi Penyuluh Se Pulau Lombok



Perubahan iklim pada saat ini merupakan fenomena alam yang terjadi secara berubah-ubah dan perlu diwaspadai. Karena dampaknya sangat berpengaruh bagi kehidupan yang ada dimuka bumi. Oleh karena itu, dilakukan upaya sosialisasi perubahan iklim kepada  50 penyuluh se Pulau Lombok  akan perubahan dalam menjaga dan melestarikan yang disebabkan oleh perubahan iklim saat ini di Aula Balai Penyuluhan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian dan Perkebunan Prov. NTB beberapa hari lalu. (13/07/2017).
Dalam pertemuan sosialisasi yang di buka langsung oleh Kepala Biro Ekonomi Setda Prov. NTB “Dr. Ir. H. Manggaukang, MM” menjelaskan bahhwa perubahan iklim yang terjadi sangat signifikan dalam waktu tertentu ini. Dapat dilihat pada beberapa daerah ada daerah  banjir, kekeringan/kemarau. Dan saat ini di daerah NTB sebagaian besar paginya dingin dan siang panas dengan perubahan iklim yang berubah-ubah. Menyebabkan keganggunan ekosistem kehidupan bukan hanya manusia tetapi juga tumbuhan dan hewan khususnya berupa pertanian masyarakat dilapangan akan pola tanam yang baik dan cocok.
Perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan perubahan suhu yang dratis, curah hujan, pola angin, awan kelembaban udara dan sebagainya menrupakn factor dalam perubahan iklim dan cuaca.
Dijelaskan juga bahwa bukan hanya fenomena alam tetapi juga akan tingkah laku manusia seperti penebangan hutan secara liar, pemanasan global/efek rumah kaca (pembakaran CO2) dalam perusahaan/industry dan lain-lain ungkapnya.
Penyuluh sebagai garda terdepan dalam memberikan penyuluhan berupa informasi dan teknologi kepada petani khususnya akan perubahan ilkim berpengaruh pada pola tanam pertanian dalam mengubah perilaku sikap dan ktrampilan petani dilapangan
Selain itu, dijelaskan oleh Kepala BMKG Staklim Kelas I Lombok Barat “Ir. Wakodim”, dampak akan perubahan iklim yang disebaakan oleh terjadinya el nino dan el nina dapat mengancam kehidupan manusia seperti rusaknya infrastrukur sarana prasarana pertanian, menyebabkan wadah penyakit dan hama baik manusia/pertanian arti luas, bencana alam kekeringan/banjir sampai dengan akan memberikan pengaruh pada harga pangan semakin meningkat/mahal.
Misalkan perubahan iklim, dibidnag pertanian dan peternakan penggunaan pupuk penyubur nitrogen ke dalam tanah. Dimana beberapa dari nitrogen tersebut berubah menjadi Nitro Oksida (N2O) - gas rumah kaca yang sangat kuat. Dipertenakan sapi menciptakan gas methan saat rumput mengalami peragian di perut mereka dan masih banyak lainnya seperti pengeluaran gas dari kendahraan/alat trasportasi, perusahaan/industry, penggunaan lemari es/ acc dan sebagainya menyebabkan terjadinya pemanasan gobal.
Sedangkan menurut Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Perkebunan Prov. NTB “Ir. Hj. Uliyati Ali, M.Si” kaitannya dengan perubahan iklim bagi penyuluh sangat baik dan bermanfaat akan peningkatan produktivitas dalam pencapaian target produksi padi, jagung, kedelai, kacang tanah/hijau, bawang merah, cabe, tebu dan ternak. Karena untuk saat ini target produksi dalam program upsus pajale untuk NTB meningkat. Sehingga peran serta penyuluh dalam mendampingi program kegiatan sangat dibutuhkan mendukung program swasembada pangan nasional.
Ditambahkan uga bahwa Prov. NTB telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional. Dengan potensi sumberdaya lahan pertanian yang cukup luas, baik berupa lahan sawah dan bukan sawah yaitu seluas 256.229 hektar ungkapnya.
Luas baku lahan sawah di Provinsi Nusa Tenggara Barat seluas 256.229 ha, diasumsikan luas pemanfaatannya adalah tiga kali luas lahan sawah baku yaitu sekitar 777.687 ha, yang dimanfaatkan untuk penanaman padi dan palawija, sehingga lahan sawah memiliki pemanfaatan yang sudah maksimum. Fakta tersebut memberikan makna bahwa peluang penambahan areal jagung pada  lahan sawah sudah tidak memungkinkan lagi dan sebagai alternatifnya adalah melalui peningkatan pemanfaatan lahan bukan sawah. Untuk rencana pengembangan jagung tahun 2017 seluas 400.000 hektar di NTB, akan dikembangkan di lahan sawah seluas 215.553 hektar dan lahan bukan sawah seluas 185.000 hektar yang difokuskan di Pulau Sumbawa karena memiliki potensi lahan bukan sawah yang cukup luas bila dibandingkan dengan Pulau Lombok yang terdistribusi di 5 kabupaten/kota di Pulau Sumbawa yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima tegasnya.