Dalam upaya mencapai pertanian yang
berkelanjutan dan memperbaiki mata pencahariian melalui peningkatan hasil
pertanian dengan mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah serta menjaga kelembaban tanah. Dilakukan pendekatan berupa Sekolah
Lapang Pertanian Konservasi (SL-PK) terhadap para penyuluh se Kabupaten Lombok
Utara. Sekolah lapang pertanian konservasi yang diselenggarakan oleh FAO
bekerjasama Badan Ketahanan Pangan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BKP4K) Kab. Lombok Utara selama 4 hari mulai 23 s/d 26 Agustus 2016. Kegiatan
yang merupakan proses belajar orang
dewasa dalam satu kelompok tani dilakukan di lahan terbuka pertanian konservasi
secara langsung setelah melakukan belajar teori dalam ruangan selama sehari dan
3 hari pratek langsung di lahan demplot.
Dengan curah hujan yang relatif singkat terutama
pada daerah lahan pertanian kering menjadi salah satu alternaitif pada pola
tanam menggunaan pertanian konservasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala
BKP4K Kab. Lombok Utara “Nurtha Darma Sucaka” saat membuka pelatihan pertanian
konservasi bagi penyuluh di BP3K Kecamatan Kayangan.
Bahwa dengan konsep pertanian konservasi seperti
pengolahan tanah secara terbatas, penutupan tanah oleh sisa
tanaman dibiarkan di lahan dalam mencegah erosi, menghambat pertumbuhan gulma,
menjaga kelembaban tanah. Serta pergiliran tanaman dengan melakukan tumpangsari
dan rotasi tanaman yang tepat dari musim ke musim akan memberikan kesuburan
tanah melalui penambatan hara oleh tanaman legum pada pola tanam lahan kering
yang ada di Kabupaten Lombok Utara seperti kayangan dan bayan tegasnya.
Sedangkan manager
pertanian konservasi “Ujang Suparman” menjelaskan peserta pelatihan melibatkan
25 penyuluh kecamatan dan 2 penyuluh dari Bakorluh Provinsi dan 30 orang
berasal dari 2 kelompoktani setempat. Untuk memberikan pemahaman pengetahuan
dan kemampuan secara teknis tentang pertanian konservasi secara langsung
melalui pedekatan sekolah lapang.
Pelatihan dengan
melibatkan penyuluh sebagai garda terdepan petani menjadi dasar utama dalam
memperkenalkan pertanian konservasi didaerah sesuai dengan wilayah kerjanya.
Sehingga upaya perluasan lahan secara bertahap dapat ditempuh melalui pembekalan
dan pelatihan kepada penyuluh dilapangan ungkapnya.
Dijelaskan juga bahwa
pertimbangan untuk memulai pertanian konservasi ada beberapa hal pertama Meningkatkan hasil pertanian. Pada pertanian
kenvensional, umumnya hasil tanaman cenderung menurun karena menurunnya
kesuburan tanah sebagai akibat teknik budidaya yang kurang tepat. Sedangkan dalam pertanian konservasi mecegah
kehilangan tanah karena erosi, meningkatkan kelembaban tanah, menjaga kesuburan
tanah sehingga hasil tanaman lebih stabil bahkan dapat meningkat dalam kurun
waktu panjang/bertahap.
Kedua menekan biaya, biaya pengolahan
tanah, tenaga kerja, sarana produksi seperti pupuk dan pestisida terus
meningkat akibatnya hasil tanaman cenderung menurun. Untuk pertanian konservasi menganut pengolahan
tanah terbatas dan mengggunakan sarana produksi kimiawi secara terbatas
sehingga dapat menurunkan biaya dengan hasil tanaman yang sama atau lebih baik.
Terakhir mengantisipasi keterbatasan
tenaga kerja.
Pertanian
konservasi mengurangi kebutuhan tenaga kerja seperti tenaga kerja pengolahan
lahan, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit, terutama mulai musim
tanam kedua dan selanjutnya tegasnya.
Pelatihan semacam ini akan dilakukan di beberapa tempat di kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Barat, bukan hanya di Kab. Lombok Utara saja. Untuk minggu depan ada dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kab. lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar