Pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian akan memperluas cara bercocok tanam
Jarwo Super. Setidaknya ada 10 provinsi sentra pangan menjadi
konsentrasi pengembangan teknologi terbaru dalam budidaya tanaman padi
tersebut. Luasnya sekitar 10 ribu hektar (ha).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, M.
Syakir mengatakan, ke 10 propinsi tersebut diantaranya, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan NTB. Sepuluh propinsi tersebut
selama ini memberikan kontribusi besar terhadap produksi padi nasional.
“Jika produksi di 10 propinsi meningkat, maka akan ada
lompatan produksi padi nasional,” katanya saat Panen Perdana Teknologi
Jarwo Super di Desa Sukasari, Kecamatan Sukasari, Subang, Selasa
(22/11). Dari hasil uji coba Tahun 2016, produktifitas padi dengan
budidaya Jarwo Super mencapai 9-10 ton/ha, bahkan ada yang di atas 10
ton/ha.
Syakir berharap, teknologi Jarwo Super menjadi jawaban dalam
upaya pemerintah mencapai kedaulatan pangan yang berkelanjutan. Apalagi
kini banyak tantangan dalam peningkatan produksi padi. Misalnya, luas
areal sawah di Indonesia hanya 8,2 juta ha. Sedangkan laju pertumbuhan
penduduk cukup tinggi dibandingkan pertambahan luas sawah.
“Karena itu kami konsentrasi dalam peningkatan produktifitas
tanaman yang nantinya bermuara pada peningkatan pendapatan petani. Kita
lakukan modernisasi pertanian dari mulai cara tanam hingga pasca
panen,” kata dia.
Sumber Benih
Syakir mengungkapkan, luasan 10 ribu ha tersebut bukan hanya
untuk pengembangan teknologi Jarwo Super, tapi juga menyiapkan benih
unggul. Kalkulasinya jika tiap satu hektar menghasilkan 5 ton benih atau
50% dari produktifitas (10 ton/ha), maka dari 10 ribu ha diharapkan
akan ada sebanyak 50 ribu ton benih.
“Jadi sekali kerjaan, dua kegiatan bisa kita laksanakan.
Artinya kegiatan kita sifatnya bukan parsial, tapi simultan. Dari mulai
pengembangan teknologi budidaya hingga penyediaan varietas unggul,”
katanya
Dengan demikian, tiap propinsi yang menjadi lokasi
pengembangan Jarwo Super nantinya menghasilkan benih unggul sendiri
alias mandiri benih, sehingga mengurangi biaya pengiriman benih. Bahkan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di tiap propinsi, bukan
hanya menghasilkan benih sumber tapi juga benih sebar.
“Sudah ada Surat Keputusan Menteri Pertanian Menteri
Pertanian agar kita juga memproduksi benih sebar. Ini agar efektifitas
penyerapan benih unggul ke petani,” kata Syakir.
Benih unggul yang digunakan pada budidaya Jarwo Super adalah
varietas Inpari 30 Ciherang Sub-1, Inpari 32 HDB dan varietas Inpari
33. Ketiga varietas tersebut menurut Syakir mempunyai keunggulan. Inpari
30 Ciherang Sub-1 merupakan varietas amphibi yang bisa tahan terhadap
genangan air selama dua minggu. Inpari 32 HDB tahan terhadap hawar daun
bakteri. Inpari 33 tahan terhadap hama wereng. “Meski telah
merekomendasikan varietas unggul, kita juga mengakomodir varietas unggul
lokal,” katanya.
Selain benih unggul, aplikasi dalam budidaya Jarwo Super
yang harus diterapkan petani adalah penggunaan biodekomposer sebelum
pengolahan tanah. Biodekomposer mampu mempercepat pengomposan jerami
secara insitu dari dua bulan menjadi 1-2 minggu.
Teknologi lainnya adalah pengunaan pupuk hayati dan
berimbang, penanganan hama dan penyakit dengan pestisida nabati dan
pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali. Untuk mengurangi
kehilangan hasil saat panen menggunakan alsintan, khususnya transplanter dan combine harvester
Sementara itu Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron
meminta, pemerintah lebih memasifkan sosialisasi teknologi Jarwo Super
ini. "Mungkin petani sudah mendengar, tapi suaranya masih sayup-sayup,"
ujarnya.
Menurutnya, berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 ada lima kunci
mencapai ketahanan pangan. Yakni, tanah. Saat ini kita menghadapi
persoalan makin sempitnya lahan pertanian karena terkonversi untuk
kegiatan lain, seperti jalan dan perumahan.Kunci lainnya adalah air,
benih, pupuk dan pengolahan lahan pertanian.
sumber berita : http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/tahun-2017-jarwo-super-10-ribu-hektar-di-10-propinsi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar