Jumat, 15 Agustus 2014

Pengkayaan Kompos dengan Mineral dan Bahan Alami




Kegiatan pertanian yang dilakukan saat ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal pangan. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia permintaan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhanpun meningkat tajam, hal ini mendorong semua pihak terutama para pelaku utama dibidang pertanian meningkatkan intensitas produksi pertanian dengan penerapan berbagai teknologi pertanian.
            Peningkatan intensitas produksi pertanian dewasa ini cenderung dilakukan dengan pengelolaan tanaman menggunakan bahan-bahan an-organik yang berlebihan, yang menyebabkan terjadi defisit pupuk an-organik yang berakibat pada sulitnya mendapatkan pupuk sehingga petani mengalami kesulitan dalam penanganan budidaya pertanian. Hal ini berakibat pada biaya yang harus dikeluarkan untuk produksi pertanian meningkat, seiring dikuranginya subsidi pemerintah terhadap pupuk an-organik. Selain defisit pupuk an-organik, penggunaan bahan-bahan an-organik yang belebihan juga dapat merusak kondisi tanah serta menimbulkan kerusakan lingkungan akibat dari pencemaran bahan-bahan kimia dari pupuk an-organik yang belebihan.
Selain penggunanan bahan an-organik dalam pengelolaan pertanian, kebiasaan petani dalam penanganan sisa tanaman dengan cara membakarnya juga turut memperparah kekurangan bahan organik dalam tanah, padahal pada sisa tanaman masih terkandung bahan-bahan yang dibutuhkan oleh tanaman selanjutnya. Mengembalikan kembali sisa tanaman ke tanah akan membantu memperbaiki kondisi fisik dan biologi tanah, yang nantinya dapat meningkatkan produktivitas tanah serta pengurangan biaya produksi pertanian karena dapat menekan jumlah penggunaan pupuk an-organik.

Pengembalian sisa tanaman ke tanah dapat dilakuaan dengan cara menjadikan sisa tanaman sebagai mulsa (penutup tanah) atau mengubah sisa tanaman menjadi pupuk organik (kompos). Pengembalian tanaman dalam bentuk kompos lebih mudah dimanfaatkan oleh tanah dalam perbaikan kondisi fisik maupun biologi tanah. Selain itu juga penggunaan pupuk organik dalam budidaya pertanian diharapkan dapat meningkatkan efesiensi penggunaan pupuk an-organik sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca seperti CH4 dan N2O yang dihasilkan dari aplikasi pupuk kimia maupun pabrikan pembuatan pupuk.
 Pengomposan merupakan salah satu upaya peningkatan efektivitas penggunaan bahan organik bagi pemeliharaan atau peningkatan kadar C-Organik tanah. Oleh karena itu di dalam upaya mempertahankan atau memperbaiki produktivitas tanah, peningkatan pengetahuan, motifasi dan keterampilan petani terhadap pemanfaatan bahan organik dalam pengelolaan tanah perlu digalakkan.
Menurut FAO (2003) Kompos adalah hasil proses perombakan atau dekomposisi bahan secara alamiah oleh organisme tanah dalam kondisi terkontrol. Untuk mendapatkan kompos dilakukan pengomposan yaitu proses penguraian bahan organik secara biologis, khususnya oleh mikrobia decomposer yang memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengendalikan proses tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat dengan kualitas yang lebih baik.
Kompos dapat dibuat dari sampah organik rumah tangga, limbah organic industry, limbah atau sisa tanaman pertanian dan perkebunan. Kompos dapat dibuat pada skala kecil (rumah tangga) skala menengah dan skala besar., Kompos yang memiliki kualitas yang baik adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Kompos yang bermutu atau berkualitas baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, (b) Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspense, (c) Nisbah C/N sebesar 15 – 25, (d) Dapat meningkatkan kesuburan tanah, (e) Suhunya ≤ 35o C atau setara dengan suhu lingkungan, (f) Tidak berbau.
Dari setiap 1 (satu) ton bahan segar dapat dihasilkan 350 – 500 kompos yang dapat dimanfaatkan untuk perbaikan dan peningkatan produktivitas tanah dan tanaman.  Sebagian besar hasil pengomposan memiliki kandungan hara N, P, K dan lainnya dalam kompos sangat rendah jika dibandingkan dengan kadar hara pada pupuk buatan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas dan kandungan hara dalam pupuk organic diperlukan teknik pengkayaan dan peningkatan kandungan nutrisinya.
Salah satu usaha yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas pupuk organic adalah dengan pengkayaan mikroba tanah yang mempunyai peran sebagai penambat N, pelarut fosfat, penyedia K, dan decomposer bahan organic. Peneitian sekarang ini lebih banyak dilakukan untuk memperbaiki kandungan nutrisi dan kualitas kompos melalui inokulasi konsorsium mikroba dan bahan alami seperti batuan fosfat.
Pada saat ini telah banyak dikembangkan teknologi alternatif untuk mendukung peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Salah satu teknologi alternatif yang potensial adalah pemanfaatan kompos bioaktif. Kompos bioaktif merupakan kompos hasil proses penguraian bahan organik dengan menggunakan agen hayati decomposer seperti Trichoderma sp yang sekaligus berperan sebagai antagonis pathogen, diperkaya dengan mikroba bermanfaat dan bahan alami seperti batuan fosfat. Pupuk organic yang diperkaya mineral atau mikroba mempunyai fungsi dan peran yang lebih besar dalam mendukung produktifitas tanah dan tanaman.
Pengkayaan bahan mineral dapat dilakukan pada saat mulai, sedang atau akhir pengomposan dengan cara penambahan atau mencampur mineral tersebut sebanyak 5% dari berat kompos. Beberapa bahan yang bisa dipakai untuk pengkayaan kompos adalah P-alam, Batu granit, Feldpar, Kapur pertanian, Dolomit, Bunga Bakung, Bongkol/batang pisang, tepung tulang, darah kering, Tithonia sp., batang tumbuhan merambat.
Sedangkan bahan pengkaya mikroba meliputi konsorsium mikroba tanah yang bermanfaat sebagai (penambat N2, pelarut P dan K, penghasil zat pemacu produksi tanaman dan anti patogen), mikroorganisme local (MOL) yang dibuat oleh petani, dan mikroba lainnya. Kompos yang akan diperkaya dengan mikroba sebaiknya yang telah betul-betul masak.
Dalam Prosedur pengkayaan kompos dengan mikroba dan bahan alami sebagai berikut : (a) Penyiapan bahan pupuk organik yang akan diperkaya dengan mikroba dan bahan alami disiapkan dalam karung 25 kg atau sesuai kebutuhan. Mikrobia yang akan dipakai adalah inokulan konsorsium mikroba dan mikroorganisme local (MOL) dan batuan fosfat sebagai bahan alami. (b) Inokulan konsorsium mikroba tanah bermanfaat dalam media cair dimasukkan secara hati-hati ke dalam pupuk organik dengan perbandingan 1:5 antara inokulan dan pupuk organik (v/w). kemudian batuan fosfat sebanyak 10% dimasukkan kedalam pupuk organik kemudian aduk secara merata. Prosedur yang sama untuk penggunaan MOL, yakni pupuk organik dan MOL dengan perbandingan 1:5 antara MOL dan pupuk organik (v/w), kemudian batuan fosfat sebanyak 10% dimasukkan kedalam pupuk organik lalu diaduk secara merata. Setelah pemberian mikroba dan batun fosfat, pupuk organik diinkubasi selama ± 7 hari untuk memberikan kesempatan mikroba dapat berkembang di dalam kompos.
Setelah diinkubasi selama 7 (tujuh) hari, pupuk organik yang telah diperkaya mikroba terseleksi dan batuan fosfat, dan diperkaya MOL dan batuan fosfat dapat dimanfaatkan dilapangan untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman.
Penggunaan bahan-bahan organik yang telah melalui proses pengkayaan mikroba dan bahan alami lainnya akan dapat memperkaya organisme dalam tanah yang nantinya dapat memperbaiki struktur tanah sehingga produktivitas tanah dapat meningkat, serta dapat mengurangi penggunaan pupuk an-organik secara signifikan,  yang berimbas pada peningkatan hasil produksi pertanian yang dapat mensejahterakan masyarakat. 
By. Penulis Malina Rohmaya, SP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar